No
|
Kasus / Perusahaan
|
Keterangan
|
1.
|
Bank
Bali
|
Kasus cessie Bank Bali yang menjerat Joko Tjandra,
berawal pada 11 Januari 1999. Ketika itu, disusun perjanjian pengalihan
tagihan piutang antara Bank Bali yang diwakili oleh Rudy Ramli dan Rusli
Suryadi, dengan Joko Soegiarto Tjandra selaku Direktur PT Persada Harum
Lestari, mengenai tagihan utang Bank Bali terhadap Bank Tiara sebesar Rp38
miliar. Pembayaran utang kepada Bank Bali diputuskan dilakukan
selambat-lambatnya pada tanggal 11 Juni 1999.
Selain soal tagihan utang Bank Bali terhadap Bank Tiara, disusun pula perjanjian pengalihan tagihan utang antara Bank Bali dengan Joko Tjandra mengenai tagihan piutang Bank Bali terhadap Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI) dan Bank Umum Nasional (BUN) sebesar lebih dari Rp798 miliar. Pembayaran utang kepada Bank Bali diputuskan dilakukan selambat-lambatnya 3 bulan setelah perjanjian itu dibuat. Untuk perjanjian tagihan utang yang kedua ini, Joko Tjandra berperan selaku Direktur PT Era Giat Prima. |
2.
|
Bank
Lippo
|
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) memperkirakan
kasus laporan keuangan ganda PT Bank Lippo Tbk dapat diselesaikan pada
Februari ini. Demikian dikemukakan oleh Kepala Herwidayatmo.
Presiden Direktur Bank Lippo I Gusti Made Mantera
dalam paparan publiknya Selasa lalu menyatakan laporan audit perseroan hanya
satu. Yaitu, laporan yang mencakup keuangan setelah terjadi peristiwa tanggal
neraca (subsequence event), di antaranya pencadangan penyisihan aktiva
produktif (PPAP) surat bergharga, PPAP kredit, dan penurunan nilai
AYDA.
Menanggapi penjelasan Bank Lippo tersebut, Herwidayatmo menyatakan hal itu menjadi salah satu bahan pemeriksaan yang dilakukan Bapepam. Tidak cuma itu, pihaknya juga akan memanggil pihak-pihak lain. Namun demikian Bapepam tak akan memanggil dan memeriksa lagi manajemen Bank Lippo atau akuntan publiknya. |
3.
|
PT.
Kimia Farma
|
Skandal Manipulasi Laporan Keuangan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen
obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember
2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132
milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih
tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit
ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan
kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup
mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7%
dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan
Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp
2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstatedpersediaan
barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan
sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp
10,7 miliar.
|
4.
|
PT.
Telkom
|
Kasus penolakan laporan keuangan PT. Telkom oleh SEC
IAI Panggil PwC dan Eddy Pianto.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan segera memanggil
Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto dan KAP Hadi
Sutanto-PricewaterhouseCoopers (PwC). Pemanggilan dilakukan guna
menindaklanjuti pengaduan dari Eddy Pianto Simon yang mengaku telah mendapat
perlakuan tidak sehat dari PwC dalam kasus penolakan laporan keuangan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) oleh Securities and Exchange
Commission (SEC), badan pengawas pasar modal AS.
|
5.
|
Enron
|
Kasus Manipulasi KAP Andersen dan Enron
Enron “meminjamkan” saham Enron (induk perusahaan)
kepada Enron (anak perusahaan) sebagai modal dasar partnership-partnership
tersebut. Secara singkat, Enron sesungguhnya mengadakan transaksi dengan
dirinya sendiri. Enron tidak pernah mengungkapkan operasi dari
partnership-partnership tersebut dalam laporan keuangan yang ditujukan kepada
pemegang saham dan Security Exchange Commission (SEC).
Lebih jauh lagi, Enron bahkan memindahkan
utang-utang sebesar $US 690 juta yang ditimbulkan induk perusahaan ke partnership
partnership tersebut. Total hutang yang berhasil disembunyikan adalah $US 1,2
miliar. Akibatnya, laporan keuangan dari induk perusahaan terlihat sangat
atraktif, menyebabkan harga saham Enron melonjak menjadi $US90 pada bulan
Februari 2001. Perhitungan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut,
Enron telah melebih-lebihkan laba mereka sebanyak $US650miliar.
Manipulasi yang dilakukan Enron selama
bertahun-tahun ini mulai terungkap ketika Sherron Watskin, salah satu
eksekutif Enron mulai melaporkan praktek tidak terpuji ini. Pada bulan
September 2001, pemerintah mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan
pembukuan Enron. Pada bulan Oktober 2001, Enron mengumumkan kerugian sebesar
$US618 miliar dan nilai aset Enron menyusut sebesar $US1,2 triliun dolar AS.
Pada laporan keuangan yang sama diakui, bahwa selama tujuh tahun terakhir,
Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka. Akibat laporan mengejutkan
ini, nilai saham Enron mulai anjlok dan saat Enron mengumumkan bahwa
perusahaan harus gulung tingkar, 2 Desember 2001, harga saham Enron hanya 26
sen.
|
Bagi akuntan
berperilaku etis akan berpengaruh terhadap citra KAP dan membangun kepercayaan
masyarakat serta akan memperlakukan klien dengan baik dan jujur, maka tidak
hanya meningkatkan pendapatannya tetapi juga memberi pengaruh positif bagi
karyawan KAP. Perilaku etis ini akan memberi manfaat yang lebih bagi
manager KAP dibanding bagi karyawan KAP yang lain. Kesenjangan yang terjadi
adalah selain melakukan audit juga melakukan konsultan, membuat laporan
keuangan, menyiapkan laporan pajak. Oleh karena itu terdapat kesenjangan
diatara profesi akuntansi dan keharusan profesi akuntansinya.Maraknya
kecurangan di laporan keuangan, secara langsung maupun tidak langsung mengarah
pada profesi akuntan.
Sederetan kecurangan telah terjadi baik diluar maupun
di Indonesia. Profesi akuntan saat ini tengah menghadapi sorotan
tajam terlebih setelah adanya sejumlah skandal akuntansi yang dilakukan
beberapa perusahaan dunia. Terungkapnya kasus manipulasi yang dilakukan
perusahaan Enron merupakan pemicu terjadinya krisis dalam
dunia profesi akuntan dan terungkapnya kasus-kasus manipulasi
akuntansi lainnya seperti kasus worldCom, Xerox Corp, dan Merek Corp. Dan di
Indonesia yaitu kasus Kimia Farma, PT Bank Lippo, dan ditambah lagi kasus
penolakan laporan keuangan PT. Telkom oleh SEC, semakin menambah daftar panjang
ketidak percayaan terhadap profesi akuntan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar