Sabtu, 12 April 2014

Pengaruh Waralaba Terhadap Bisnis Lokal

         Mulai tahun 1990-an, fenomena waralaba sudah marak di Tanah Air, namun yang mendominasi masih bisnis dari luar, semisal Mc. Donalds dan KFC. Yang lokal, seperti Rudy Hadisuwarno dan lembaga pendidikan komputer Widyaloka belum populer kala itu. Baru 12 tahun silam, saat negeri ini tertimpa krisis ekonomi, waralaba lokal mulai bangkit perlahan-lahan dan menjadi semakin banyak seperti sekarang.

       A.     Definisi Waralaba menurut Undang-undang
Pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba, (Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba), waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

      B.      Definisi versi Pakar
Sejumlah pakar juga ikut memberikan definisi terhadap waralaba.
Campbell Black dalam bukunya Black’’s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas nama merek tersebut.
David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.
Visi :
Menjadi bisnis network marketing/ waralaba pribadi terdepan, berkesinambungan dan mengikuti trend terbaru sehingga dapat membantu masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih harmonis (Living In Harmony) dari segi Spiritual, Emosional, Kesehatan, Ekonomi, Keluarga, dan Sosial.
Misi :
Memberi pengertian dan solusi kesehatan bagi umat manusia. Pembinaan mental, spiritual, emosi serta keahlian yang membentuk masyarakat untuk selalu tanggap terhadap kesempatan dan mampu mengembangkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membagi kepedulian sosial bagi orang yang membutuhkan.

C.                Usaha Kecil Menengah dan Waralaba
Dalam jangka panjang, harus diakui bahwa peran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang jumlahnya sangat dominan dalam struktur perekonomian Indonesia sangat strategis dan seharusnya dijadikan landasan pembangunan ekonomi nasional. Namun fakta menunjukan perkonomian Nasional lebih dikuasai oleh segelintir penguasa besar yang ternyata sangat labil terhadap goncangan ekonomi global. Masalahnya sekarang adalah, bagaimana memperluas dan memberdayakan sosok UKM Indonesia yang cenderung masih menerapkan manajemen tradisional, lemah terhadap akses permodalan, tekhnologi cenderung  konvensional, miskin inovasi dan jaringan, sehingga mampu bersama-sama tumbuh dengan perusahaan besar terutama yang berkelas dunia serta bervisi global.
Mengapa waralaba yang menjadi alternatif pilihan? Karena melalui bisnis waralaba UKM akan mendapatkan :
1) transfer manajemen
2) kepastian pasar
3) promosi
4) pasokan bahan baku
5) pengawasan mutu
6) pengenalan dan pengetahuan tentang lokasi bisnis
7) pengembangan kemampuan sumberdaya manusia, dan yang paling terpenting adalah resiko dalam bisnis waralaba sangat kecil (data empiris menunjukkan bahwa resiko bisnis waralaba kurang dari 8%.)

Opini:

Bisnis waralaba minimarket memang menguntungkan dalam jangka waktu panjangdari 5-10 tahun bagi pemilik waralaba. Karena tanpa ikut berperan langsung dalam berjalannya kegiatan bisnis, mereka (para investor waralaba) dapat menyentuh angka BEP(break event point) dalam jangka waktu yang sudah ditentukan ditambah keuntungan bersihyang dibagi dengan kantor pusat waralaba. 
Namun dampak lain dirasa oleh pemilik toko di sekitar lahan bisnis waralabaminimarket. Minimarket dengan sistem distribusi yang memungkinkan mereka memasangdan menjual produk-produk mereka dengan harga relative sama atau lebih rendah dari tokokelontong.
Alhasil, toko kelontong dari segi omset dan konsumen berkurang. Mereka mendapatsaingan yang ketat dari beroperasinya minimarket. Persaingan bukan hanya terjadi dalam pemasangan harga produk namun dari segi pelayanan dan fitur-fitur tambahan yangdisediakan minimarket. Misalnya ATM, kartu kredit, ruangan ber-AC, dan lain-lain yangtidak disediakan oleh toko biasa.
Dengan begitu konsumen akan cenderung lebih memilih membelanjakan uangnyauntuk kebutuhan sehari-hari di minimarket, walau harga produk-produk disana dipatok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar