BAB 4
PETA PEREKONOMIAN INDONESIA
A.
Keadaan Geografis
Indonesia
Seperti kita ketahui bangsa kita adalah bangsa yang
terdiri dari bebera pulau dimana terpisah oleh laut maupun selat. Pulau di
Indonesia terdiri dari tiga gugusan besar yaitu kepulauan Sunda Besar yang
terdiri dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, kemudian yang kedua adalah
gugusan Sunda Kecil yang meliputi Bali, Nusa Tenggara, dan yang terakhir adalah
gugusan Maluku dan Irian. Indonesia terletak di 6oLU – 11oLS
dan 95oBT – 141oBT, berdasarkan letak astronomisnya
Indonesia dilalui oleh garis equator atau garis khatulistiwa yang terletak pada
garis lintang 0o.
Selain itu bangsa kita juga dilalui oleh Sirkum Pasifik
dan Mediteran, hal ini yang menyebabkan banyaknya gunung berapi aktif di
Indonesia. Efek dari banyaknya gunung berapi ini adalah tanah subur, yang
berdampak pada jenis mata pencaharian sebagian besarnya adalah agraris atau
pertanian.
Kemudian letak bangsa Indoneisa yang berada diantara
benua Asia dan Australia mengakibatkan hanya memiliki 2 musim yaitu musin hujan
dan kemarau. Hal ini menyebabkan hasil dari alam bangsa kita mempunya
spesifikasi tersendiri, dan jika hal ini bisa dimanfaatkan maka akan menjadi
peluang bangsa kita untuk bisa menjadi penyokong sumberdaya di pasar
internasional. Seperti hasil pertanian, kebun (sawit, rotan, kayu) rempah
rempah, dimana kita ketahui hal ini masih jarang di pasar Internasional
terutama Eropa.
Namun apakah kita sudah mengembangkan dan memanfaatkan
potensi dari kondisi geografis ini? Padahal kekayaan itu harusnya bisa kita
manfaatkan untuk kemakmuran penduduk kita juga. Potensi hayati, yaitu dari
hasil hutan yang melimpah seperti rotan, kayu lapis harusnya bisa meningkatkan
taraf hidup. Kemdian potensi mineral yang terkandung dari diperut bumi, masih
melimpah tinggal bagaimana sekarang kita akan memanfaatkannya.
Laut luas, dimana ikan, karang bisa kita oleh (dijadikan
hasil laut). Selain itu potensi laut yang strategis karena berada di
persimpangan jalur perdagangan belum bisa dioptimalkan. Padahal jika kita biisa
memanfaatkan jalur ini maka bisa dipastikan devisa atau pedapata nasional akan
meningkat. Potensi wisata diman dari Raja Ampat di Papua, kemdian Bali sampai
Aceh masih belum kita kembangkan malah sayang potensi wisata tersebut kita jual
ke negara tetangga.
Sebaiknya dari sekarang kita mulai berbenah, bagaimana
memanfaatkan semua potensi dari kondisi geografis ini. Karena sayang jika kita
sebagai warga Indonesia hanya bisa menonton dimana mineral dan sumberdaya lain
diambil oleh pihak asing.
B. MATA PENCAHARIAN
Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada diantara benua Asian dan Australia serta Samudera
Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar
di dunia. Indonesia memiliki luas daratan 1.922.570 km² sedangkan luar
perairannya 3.257.483 km². Dari luas daratan dan luas wilayah perairan
tersebut maka mata pencaharian penduduk Indonesia pun beragam. Ada yang bermata
pencaharian pertanian, perkebunan, perternakan, perikanan, dan ada pula yang
bermata pencaharian sebagai pekerja kantoran seperti di kota-kota besar di
Indonesia.
Namun demikian, lebih kurang 70% mata pencaharian
penduduk Indonesia adalah dalam bidang pertanian. Indonesia juga dikatakan
sebagai negara agraris, sebab negara kita begitu besar akan hasil pangannya
contohnya beras dan umbi-umbian. Dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang
bermata pencaharian di bidang pertanian dan luasnya lahan Indonesia untuk di
jadikan lahan pertanian, tetapi tetap saja Indonesia masih mengimpor beras dari
luar negri. Dengan ini bukan hanya saja petani di Indonesia yang dirugikan
tetapi pengusaha yang bergelut dalam bidang ini juga akan merugi. Pemerintah
harus bekerja keras untuk memajukan lagi pertanian di Indonesia, karena
Indonesia termasuk negara penghasil pangan terbanyak. Dulunya pada tahun 80-an
Indonesia bisa menjadi negara berswambada beras.
Bukan hanya di sektor pertanian saja, untuk di sektor
perikanan, perkebunan, perternakanpun mengalami kendala yang berbeda-beda.
Untuk di sektor perikanan, para petani yang melaut mengalami salah satu kendala
yaitu mahalnya bahan bakar kapal yang ada. Sedangkan perkebuna, yaitu mulai
habisnya lahan untuk berkebun karena semakin banyak di bangunnya gedung gedung
tinggi sepeti: mal, hotel, supermarket, perumahan-perumahan elit. Dengan
semakin banyaknya bangunan-bangunan tersebut seharusnya diimbangi dengan
pesejahteraan para petani, nelayan, dan peternak pula. Pemerintah di bantu masyarakatpun
harus bekerja keras untuk menangani masalah ini.
C.
SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk
mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif
dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi
yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam
tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari,
SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu
organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM
harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
v Laju Pertumbuhan Indonesia
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,
jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5
juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 1990-2000,
jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan
maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau
sebesar 0,27 juta jiwa.
Jumlah penduduk Indonesia dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang tinggi, setiap tahunnya antara tahun 2000
sampai 2010 jumlah penduduk Indoneisa bertambah sebesar 1,48 persennya.
Dengan jumlah penduduk sebesar
237,6 juta jiwa , membuat Indonesia tetap bercokol sebagai negara berpenduduk
terbanyak setelah RRC, India dan Amerika Serikat.
Semakin banyak pertumbuhan
penduduk di Indonesia namun tak sejalan dengan pertumbuhan pembangunan di
Indonesia sendiri. Sehingga menambah tingkat kemiskinan di Indonesia.
Seharusnya pemerintah menyeimbangi tingkat pertumbuhan penduduknya dengan
pertumbuhan pembangunan itu sendiri. Sehingga tingkat kemiskinan di Indonesia
paling tidak sedikit dapat teratasi.
Semoga pemerintah kita dapat
semakin konsen untuk memikirkan nasib penduduk nya khususnya warga miskin, yang
segala pelayanan kesehatan atau umum lainnya dapat dirasakan seluruh penduduk
di Negara Indonesia ini.
v Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk dapatlah diartikan pindahnya penduduk
dari satu tempat ke tempat lain oleh apapun sebabnya, yang akan mengakibatkan
terjadinya perubahan penduduk. Prosesnya dengan imigrasi atau emigrasi dan
transmigrasi.
Penyebaran penduduk juga tidak terlepas dari konsep
tentang kemajuan masyarakat atau kemajuan kebudayaan manusia yang dengan lambat
berkembang dari bentuk- bentuk bersahaja ke bentuk- bentuk yang kompleks. Mulai
dari tingkat masyarakat berburu atau tingkat liar (savage), tingkat beternak
atau tingkat barbar (barbarism), dan tingkat pertanian ketika berkembang
peradaban (civilization). Dengan perkembangan kebudayaan ini otomatis akan
terjadi penyebaran penduduk yang erat hubungannya dengan faktor ekologis.
Bilamana menemukan daerah subur, disitu peradaban akan berkembang dan penduduk
menetap. Contoh daerah Euphrat dan Tigris merupakan lembah yang pernah dialami
penduduk yang cukup padat.
Kalau dilihat secara umum, terjadinya migrasi-migrasi itu ada yang lambat, otomatis, cepat dan mendadak. Hal ini sejajar dengan perkembangan makhluk manusia yang selalu membanyak jumlahnya dan menginginkan tempat-tempat yang baru di muka bumi.
Kalau melihat rekontruksi W. Howells Nampak bahwa migrasi-migrasi besar penduduk dunia antara 80.000 sM sampai 1.000 sM cenderung menyusuri pantai- pantai di setiap benua dan membuat garis spiral dengan arah ke pedalaman.
Migrasi yang lambat terjadi pada kelompok manusia yang pindah dari Benua Asia ke Benua Amerika pada akhir zaman Glasial ke-4. Selama beribu- ribu tahun lamanya binatang maupun manusia mulai pindah ke utara. Migrasi yang cepat dan mendadak diakibatkan oleh bermacam sebab, misalnya karena bencana alam, wabah, perubahan mata pencaharian, dan peperangan. Ada juga yang disebabkan oleh peristiwa khusus seperti pelayaran bangsa cina di Asia Timur dan Asia Tenggara, pelayaran bangsa Arab, dari Asia Barat ke Afrika Utara, pelayaran bangsa Eropa ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika.
Ada dua faktor yang mempengaruhi penyebaran penduduk, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong dapat disebabkan oleh alasan ekonomi, politis dan agama. Contohnya orang Vietnam yang mengungsi, orang Yahudi yang kembali ke Cina setelah Perang Dunia II, orang islam di India yang beremigrasi massal ke Pakistan. Faktor penarik sifatnya umum, misal propaganda suatu Negara untuk menarik para imigran.
Selanjutnya, Petersen mengemukakan adanya migrasi primitif, penyebaran yang tidak tentu seperti mencari makan (food-gathering) dan berburu (barbar), berkelana (wandering) dan berkelompok menjelajahi suatu wilayah (ranging). Semua migrasi ini disebabkan oleh dorongan ekologis, sebagai hubungan antara alam dengan manusia. Pada zaman modern motif migrasi adalah adanya revolusi industri, korban perang, atau membuka daerah pertanian baru.
Menurut ahli demografi yang mengamati dinamika penduduk Indonesia secara makro, penduduk Indonesia bersifat highly immobile, tidak banyak berpindah-pindah untuk menetap di luar daerah kelahiran mereka kalau tidak terpaksa atau dipaksa untuk pindah. Istilah berpindah ini disebut migrasi, yaitu perpindahan ke luar dari batas daerah kebudayaan seseorang. Pengertian ini lebih tepat untuk kondisi migrasi di Indonesia, yang pada umumnya mobilitas penduduk Indonesia bersifat merantau dengan tujuan mencari mata pencaharian yang lebih baik, bersifat sementara dan punya harapan kembali ke kampung halaman. Migrasi yang tidak berdasarkan sikap serta harapan untuk kembali ke kampung halaman asli, terjadi pada masyarakat batak toba akibat terlalu padat penduduknya sekitar tahun 1930.
Migrasi juga terjadi karena adanya usaha transmigrasi dan proses urbanisasi. Beberapa penyebab transmigrasi yaitu, adanya bencana alam, daerahnya kritis, daerahnya terlalu padat, dan adanya proyek pembangunan pemerintah. Urbanisasi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu alasan keamanan (adanya pemberontakan), mencari nafkah, ikatan keluarga (pernikahan) dan bersekolah.
Dari hasil penelitian Koentjaraningrat, pada penduduk desa sekitar Jakarta (1972) diperoleh kenyataan bahwa ada mobilitas penduduk desa dengan pola perpindahan migran tetap dan migran tidak tetap. Pola perpindahan migran tetap terdiri dari angkatan muda, yaitu laki-laki untuk kerja dan wanita yang selain untuk kerja juga karena pernikahan. Pola perpindahan migran tidak tetap, yaitu berkaitan dengan aktivitas dalam mencari pekerjaan, misalnya buruh tani yang bekerja di desa lain pada tahap produksi pertanian, tukang buah, buruh yang bekerja pada proyek pembangunan, yang semuanya itu mempunyai lokasi yang cukup jauh. Keadaan demikian disebut temporary non-seasional migrants atau migran sewaktu-waktu.
Demikian halnya di daerah pedesaan sekitar kota, gerak sosial atau mobilitas penduduk tersebut menimbulkan masalah sosial yang berkepanjangan, sebagai akibat adanya interaksi desa-kota dengan segala atribut sosial, ekonomi, dan budaya kota yang menarik perhatian penduduk desa.
Masalah yang dirasakan akibat mobilitas penduduk adalah terhambatnya laju proses pembangunan yang menyangkut program kesejahteraan sosial seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lingkungan.
Untuk analisis fenomena penduduk, dapat dianalisis secara makro dan mikro. Analisis tingkat makro adalah untuk mengetahui volume dan arah- arah migrasi. Sedangkan analisis tingkat mikro dari gerak penduduk berhubungan dengan motivasi dan proses pengambilan keputusan (Mochtar Naim, 1973).
Hipotesis analisis tingkat mikro yang cukup penting tentang migrasi buruh dan pengangguran di negara berkembang menurut Koentjaraningrat (1982),yaitu keputusan untuk bermigrasi dari desa ke kota. Secara fungsional berhubungan dengan dua variabel pokok yaitu:
1. Perbedaan real pendapat antara desa dan kota
2. Peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota
Indonesia khususnya Jakarta sedang mulai industrialisasi, dalam status adanya difusi modernisasi. Volume gerak penduduknya, ternyata desa yang luar (dekat dengan jalan raya) lebih jumlahnya, bila dibandingkan dengan desa dalam atau jauh dari jalan raya. Mengenai arah perpindahan dari kedua desa ini tidak hanya Jakarta sebagai arah perpindahan. Tetapi mereka juga pergi ke desa lain dan kota lainnya. Orientasi mereka pergi ke kota berkenaan dengan pekerjaan sebagai buruh dan pegawai.
Motivasi migrasi mereka adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Proses pengambilan keputusan tidak lain karena adanya kerabat yang turut membantu penempatan kerja. Unsur kerabat ini, merupakan peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota.
Para migran ini kebanyakan berasal dari lapisan sosial menengah dalam masyarakat desa, yang memandang kehidupan di desa menjadi lebih sulit dan di kota sebagai sumber kehidupan baru yang penuh harapan. Banyak diantara mereka yang menikah pada usia muda sehingga beratnya tanggung jawab mendorong mereka berubanisasi.
Kalau dilihat secara umum, terjadinya migrasi-migrasi itu ada yang lambat, otomatis, cepat dan mendadak. Hal ini sejajar dengan perkembangan makhluk manusia yang selalu membanyak jumlahnya dan menginginkan tempat-tempat yang baru di muka bumi.
Kalau melihat rekontruksi W. Howells Nampak bahwa migrasi-migrasi besar penduduk dunia antara 80.000 sM sampai 1.000 sM cenderung menyusuri pantai- pantai di setiap benua dan membuat garis spiral dengan arah ke pedalaman.
Migrasi yang lambat terjadi pada kelompok manusia yang pindah dari Benua Asia ke Benua Amerika pada akhir zaman Glasial ke-4. Selama beribu- ribu tahun lamanya binatang maupun manusia mulai pindah ke utara. Migrasi yang cepat dan mendadak diakibatkan oleh bermacam sebab, misalnya karena bencana alam, wabah, perubahan mata pencaharian, dan peperangan. Ada juga yang disebabkan oleh peristiwa khusus seperti pelayaran bangsa cina di Asia Timur dan Asia Tenggara, pelayaran bangsa Arab, dari Asia Barat ke Afrika Utara, pelayaran bangsa Eropa ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika.
Ada dua faktor yang mempengaruhi penyebaran penduduk, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong dapat disebabkan oleh alasan ekonomi, politis dan agama. Contohnya orang Vietnam yang mengungsi, orang Yahudi yang kembali ke Cina setelah Perang Dunia II, orang islam di India yang beremigrasi massal ke Pakistan. Faktor penarik sifatnya umum, misal propaganda suatu Negara untuk menarik para imigran.
Selanjutnya, Petersen mengemukakan adanya migrasi primitif, penyebaran yang tidak tentu seperti mencari makan (food-gathering) dan berburu (barbar), berkelana (wandering) dan berkelompok menjelajahi suatu wilayah (ranging). Semua migrasi ini disebabkan oleh dorongan ekologis, sebagai hubungan antara alam dengan manusia. Pada zaman modern motif migrasi adalah adanya revolusi industri, korban perang, atau membuka daerah pertanian baru.
Menurut ahli demografi yang mengamati dinamika penduduk Indonesia secara makro, penduduk Indonesia bersifat highly immobile, tidak banyak berpindah-pindah untuk menetap di luar daerah kelahiran mereka kalau tidak terpaksa atau dipaksa untuk pindah. Istilah berpindah ini disebut migrasi, yaitu perpindahan ke luar dari batas daerah kebudayaan seseorang. Pengertian ini lebih tepat untuk kondisi migrasi di Indonesia, yang pada umumnya mobilitas penduduk Indonesia bersifat merantau dengan tujuan mencari mata pencaharian yang lebih baik, bersifat sementara dan punya harapan kembali ke kampung halaman. Migrasi yang tidak berdasarkan sikap serta harapan untuk kembali ke kampung halaman asli, terjadi pada masyarakat batak toba akibat terlalu padat penduduknya sekitar tahun 1930.
Migrasi juga terjadi karena adanya usaha transmigrasi dan proses urbanisasi. Beberapa penyebab transmigrasi yaitu, adanya bencana alam, daerahnya kritis, daerahnya terlalu padat, dan adanya proyek pembangunan pemerintah. Urbanisasi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu alasan keamanan (adanya pemberontakan), mencari nafkah, ikatan keluarga (pernikahan) dan bersekolah.
Dari hasil penelitian Koentjaraningrat, pada penduduk desa sekitar Jakarta (1972) diperoleh kenyataan bahwa ada mobilitas penduduk desa dengan pola perpindahan migran tetap dan migran tidak tetap. Pola perpindahan migran tetap terdiri dari angkatan muda, yaitu laki-laki untuk kerja dan wanita yang selain untuk kerja juga karena pernikahan. Pola perpindahan migran tidak tetap, yaitu berkaitan dengan aktivitas dalam mencari pekerjaan, misalnya buruh tani yang bekerja di desa lain pada tahap produksi pertanian, tukang buah, buruh yang bekerja pada proyek pembangunan, yang semuanya itu mempunyai lokasi yang cukup jauh. Keadaan demikian disebut temporary non-seasional migrants atau migran sewaktu-waktu.
Demikian halnya di daerah pedesaan sekitar kota, gerak sosial atau mobilitas penduduk tersebut menimbulkan masalah sosial yang berkepanjangan, sebagai akibat adanya interaksi desa-kota dengan segala atribut sosial, ekonomi, dan budaya kota yang menarik perhatian penduduk desa.
Masalah yang dirasakan akibat mobilitas penduduk adalah terhambatnya laju proses pembangunan yang menyangkut program kesejahteraan sosial seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lingkungan.
Untuk analisis fenomena penduduk, dapat dianalisis secara makro dan mikro. Analisis tingkat makro adalah untuk mengetahui volume dan arah- arah migrasi. Sedangkan analisis tingkat mikro dari gerak penduduk berhubungan dengan motivasi dan proses pengambilan keputusan (Mochtar Naim, 1973).
Hipotesis analisis tingkat mikro yang cukup penting tentang migrasi buruh dan pengangguran di negara berkembang menurut Koentjaraningrat (1982),yaitu keputusan untuk bermigrasi dari desa ke kota. Secara fungsional berhubungan dengan dua variabel pokok yaitu:
1. Perbedaan real pendapat antara desa dan kota
2. Peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota
Indonesia khususnya Jakarta sedang mulai industrialisasi, dalam status adanya difusi modernisasi. Volume gerak penduduknya, ternyata desa yang luar (dekat dengan jalan raya) lebih jumlahnya, bila dibandingkan dengan desa dalam atau jauh dari jalan raya. Mengenai arah perpindahan dari kedua desa ini tidak hanya Jakarta sebagai arah perpindahan. Tetapi mereka juga pergi ke desa lain dan kota lainnya. Orientasi mereka pergi ke kota berkenaan dengan pekerjaan sebagai buruh dan pegawai.
Motivasi migrasi mereka adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Proses pengambilan keputusan tidak lain karena adanya kerabat yang turut membantu penempatan kerja. Unsur kerabat ini, merupakan peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota.
Para migran ini kebanyakan berasal dari lapisan sosial menengah dalam masyarakat desa, yang memandang kehidupan di desa menjadi lebih sulit dan di kota sebagai sumber kehidupan baru yang penuh harapan. Banyak diantara mereka yang menikah pada usia muda sehingga beratnya tanggung jawab mendorong mereka berubanisasi.
v Angkatan Kerja
Angkatan
kerja adalah penduduk usia
produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Angkatan
kerja dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Mereka yang bekerja penuh adalah angkatan kerja yang aktif menyumbangkan tenaganya dalam kegiatan produksi.
2. Pengangguran terbuka atau open unemployment adalah mereka yang sama sekali tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan (sewaktu-waktu siap bekerja)
3. Setengah menganggur atau under unemployment adalah mereka yang bekerja tidak sesuai dengan pendidikan/keahliannya atau tidak menggunakan sepenuh tenaganya karena kekurangan lapangan perkerjaan. Contoh : Seorang sarjana bekerja tidak sesuai dengan pendidikannya.
4. Pengangguran tersembunyi/tersamar atau disebut disguise employment, artinya suatu pekerjaan dikerjakan oleh pekerja yang berlebihan sehingga mereka tidak bekerja maksimal.
1. Mereka yang bekerja penuh adalah angkatan kerja yang aktif menyumbangkan tenaganya dalam kegiatan produksi.
2. Pengangguran terbuka atau open unemployment adalah mereka yang sama sekali tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan (sewaktu-waktu siap bekerja)
3. Setengah menganggur atau under unemployment adalah mereka yang bekerja tidak sesuai dengan pendidikan/keahliannya atau tidak menggunakan sepenuh tenaganya karena kekurangan lapangan perkerjaan. Contoh : Seorang sarjana bekerja tidak sesuai dengan pendidikannya.
4. Pengangguran tersembunyi/tersamar atau disebut disguise employment, artinya suatu pekerjaan dikerjakan oleh pekerja yang berlebihan sehingga mereka tidak bekerja maksimal.
v Sistem Pendidikan
Berangkat dari jaman Presiden Soekarno, kemudian Soeharto
hingga saat ini. Sudah beberapa kali system pendidikan Nasional Bangsa ini
berubah-ubah. Namun mengapa tidak pernah selesai. Artinya satu system akan
berhasil apabila dia dituntaskan. Namun apa yang terjadi setiap kali perubahan
Presiden dan Menteri maka berubah pula kebijakan tentang system pendidikan
nasional ini. Padahal system pendidikan Nasional bukanlah milik Presiden,
Menteri ataupun Partai Politik. Lalu sebenarnya apa yang menjadi tujuan dasar
sebuah pendidikan ? Pernahkah anda berfikir untuk menyekolahkan anak anda
semata-mata hanya untuk mendapat nilai 9 di Raport? Kemudian diakhir sekolah
dia menjadi pengangguran? Atau tidak ada bedanya mendapat angka 5 di raport
namun akhirnya menjadi seorang yang sukses dan terkenal? Disini perlu
diperhatikan tujuan kita untuk sekolah. Sekolah sebagai saran dan tempat
mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang akan membuat kita mengenal, tahu,
dan bisa melakukan hal-hal yang baru dengan cara yang cerdas dan efisien. Tidak
sekedar membina dan mendidik para siswanya untuk menghadapi Ujian Nasional.
Ujian yang akan mempertaruhkan 3 tahun pembelajaran dan jerih payah siswa. Kita
menginginkan pemerintah lebih serius dan cerdas dalam memilih jenis Sistem Pendidikan.
Jangan hanya main comot dari Negara luar yang sudah berhasil system
pendidikannya.
Hal ini akan berhasil apabila semua system dan prasarana
yang ada sudah seperti Negara dimana system tersebut diadopsi. Jangan
memaksakan suatu system sementara sarana dan prasarana belum diperbaharui.
Masih banyak gedung sekolah dasar bahkan SLTP yang masih tidak layak huni.
Masih banyak para pengajar kita yang sore harinya menjadi pemulung, dan malam
harinya menjadi tukang ojek untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka.
Kalau hal ini masih terjadi bagaimana seorang Guru bisa berkonsentrasi pada apa
yang akan disampaikan/diajarkan esok harinya sementara malamnya dia tidak
sempat melakukan persiapan gara-gara harus ngojek. System pendidikan nasional
kita sekarang ini masih mengedepankan pada pencapaian berbasis nilai bukan pada
keterampilan dan competency. Sehingga kita tidak perlu bertanya dan bingung
mengapa banyak sarjana yang nganggur, peserta olimpiade fisika yang tidak lulus
Ujian Nasional dan banyak lagi hal-hal yang menggelikan dari sistem pendidikan
ini.
D.
Investasi
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah
tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu
harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga
sebagai penanaman modal.
Pengertian Berdasarkan teori ekonomi,
investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang
produksi). Contohnya membangun rel kereta
api atau pabrik.
Investasi adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus
PDB = C + I + G + (X-M)
. Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi
pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan investasi
residential (rumah baru).
Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat
bunga, dilihat dengan kaitannya
I= (Y,i)
.
Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar,
dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi
sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.
Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri
untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya
kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk
mendapatkan bunga.Produk
Beberapa
produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Definisi efek adalah
suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam bentuk
surat berharga, saham/obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga
atau partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk
membeli suatu saham (Rights), garansi untuk membeli saham pada masa
mendatang atau instrumen yang dapat diperjual belikan.
Bentuk
- Investasi tanah - diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah; harga tanah akan meningkat di masa depan.
- Investasi pendidikan - dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.
- Investasi saham - diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja atau penelitian.
Resiko
Selain
dapat menambah penghasilan seseorang, investasi juga membawa risiko keuangan
jika investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana
alam atau diakibatkan faktor manusia), atau ketertiban hukum